Tampilkan postingan dengan label unsur periode empat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label unsur periode empat. Tampilkan semua postingan

Pembuatan dan Dampak Negatif Unsur Periode Empat

         Blog KoKim - Materi berikutnya yang terkait dengan unsur golongan transisi periode empat yaitu Pembuatan dan Dampak Negatif Unsur Periode Empat. Pertama akan kita bahas pembuatan unsur dan senyawa periode empat lalu kita lanjutkan dengan pembahasan dampak negatif unsur periode empat. Berikut pemaparan masing-masing.

Pembuatan unsur dan senyawa periode empat
       Unsur-unsur transisi berada di alam dalam bentuk senyawanya. Bagaimana cara untuk mendapatkan unsur-unsur transisi tersebut? Mari kita pelajari cara mendapatkan beberapa unsur transisi berikut ini.

1. Kromium (Cr)
       Dalam bidang industri, kromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu kromium murni, dan aliansi besi-kromium yang disebut ferokromium. Unsur krom dapat kita peroleh dengan cara mengekstraksi bijihnya.
Langkah-langkah dalam ekstraksi unsur krom dari bijihnya adalah seperti berikut.
a. Kromium (III) dalam bijih diubah menjadi dikromat (VI)
b. Reduksi Cr (VI) menjadi Cr (III)
c. Reduksi kromium (III) oksida dengan aluminium (reaksi termit)
Hasil ekstrasi ini diperoleh logam kromium dengan kemurnian 97% - 99%. Adapun ferokromium diperoleh dengan mereduksi bijih dengan kokas atau silikon dalam tanur listrik.

2. Ferrum (Fe)
       Ferrum atau besi dapat diperoleh dengan cara mengekstrasi bijihnya dalam tanur hembus atau tanur tinggi. Bahan baku yang diperlukan dimasukkan dalam tanur tinggi yaitu bijih besi, karbon, dan batu kapur (CaCO$_3$). Proses tanur hembus adalah reduksi bijih besi dengan karbon monoksida yang dihasilkan dari kokas dan udara yang dihembuskan dari dasar tanur.
$C(s) + O_2(g) \rightarrow CO_2(g) \, $ : $\Delta H = -394 \, $ kJmo1$^{-1}$
Selanjutnya CO$_2$ yang terbentuk bereaksi dengan karbon yang berlebih membentuk CO.
$CO_2(g) + C(s) \rightarrow 2 CO(g) \, $ : $\Delta H = +172 \, $ kJ mo1$^{-1}$
Karbon monoksida mereduksi bijih besi menjadi besi dengan tahapan reaksi seperti berikut.
$3 FeO_3(s) + CO(g) \rightarrow 2 Fe_3O_4(s) + CO_2(g) $
$Fe_3O_4(s) + CO(g) \rightarrow 3 FeO(s) + CO_2(g) $
$FeO(s) + CO(g) \rightarrow Fe(s) + CO_2(g)$
Reaksi-reaksi tersebut dapat ditulis seperti berikut.
$ Fe_2O_3(s) + 3CO(g) \rightleftharpoons 2Fe(s) + 3CO_3(g) \, \text{(reaksi kesetimbangan)}$
Akhirnya besi akan meleleh dan jatuh di bagian tanur yang lebih panas. Adapun batu kapur (CaCO$_3$) terurai pada suhu tinggi menghasilkan kalsium oksida.
$CaCO_3(s) \rightarrow CaO(l) + CO_2(g) $
Di bagian bawah, kalsium oksida bereaksi dengan zat pengotor seperti silikon (IV) oksida (silika) menghasilkan kalsium silikat.
$CaO(l) + SiO_2(s) \rightarrow CaSiO_3(s) $

       Tanur bekerja terus menerus. Campuran pereaksi dimasukkan dari puncak tanur dalam selang waktu yang teratur, bergerak ke bawah sampai lapisan terbawah yang panas keputih-putihan. Suhu pada dasar tanur cukup panas sehingga melelehkan besi dan terak (zat pengotor yang telah terikat kalsium) yang terdapat sebagai lapisan yang tak tercampur di dasar tanur. Leburan terak mengapung di atas permukaan lelehan besi.

       Besi yang dihasilkan dari tanur hembus masih mengandung zat pengotor seperti karbon, silikon, belerang dan fosfor. Zat-zat pengotor ini menyebabkan besi lebih getas, besi ini disebut besi tuang. Komposisi besi tuang bervariasi bergantung pada sumbernya. Baja merupakan suatu alloy besi. Baja dibuat dari besi tuang. Setelah zat pengotor dalam besi dihilangkan, kemudian ditambah sejumlah karbon dan unsur lain yang memberikan sifat khas pada baja itu.

       Pada tahun 1856, Henry Bassemer dari Inggris menemukan metode membuat baja dari besi. Alat yang diperlukan disebut tungku Bassemer. Tungku tersebut dilapisi pelapis tahan api. Leburan besi dituang ke dalam tungku Bassemer, kemudian dihembuskan oksigen ke leburan. Karbon, belerang dan fosfor keluar sebagai oksida berupa gas, sedangkan silikon oksida membentuk terak di atas besi. Setelah terak dipisahkan, pada leburan besi ditambah karbon, mangan dan unsur lain. Kadar karbon dalam baja berkisar antara 0,09% - 0,9%. Perhatikan gambar berikut ini:

3. Titanium (Ti)
       Langkah awal produksi Ti adalah pengubahan bijih (TiO$_2$) rutil menjadi TiCl$_4$. TiCl$_4$ yang sudah dimurnikan selanjutnya direduksi menjadi Ti dengan menggunakan zat pereduksi yang baik, proses isi disebut proses Kroll menggunakan Mg. Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl$_2$ dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl$_2$, keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon harus diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum dapat digunakan. Salah satu masalah pengembangan Ti secara komersial ialah perencanaan teknik metalurgi baru untuk pembuatan logam Ti di pabrik.

4. Mangan (Mn)
       Sumber utama senyawa mangan ialah MnO$_2$. Jika MnO$_2$ dipanaskan dengan penambahan alkali dan zat pengoksidasi, maka akan terbentuk garam manganat.
$ 3 MnO_2(s) + 6 KOH(l) + KClO_3(l) \rightarrow 3 K_2MnO_4(aq) + KCl(l) + 3 H_2O(l) $
K$_2$MnO$_4$ diekstraksi dari bahan campuran dalam air, dan dapat dioksidasi menjadi KMnO$_4$ (misalnya dengan Cl$_2$ sebagai zat pengoksidasi).

       Nodul Mangan (Manganese Nodules), benda ini menyerupai batuan dan ditemukan di dasar laut. Nodul mangan tersusun oleh lapisan Mn dan Fe oksida, dengan sejumlah kecil logam lain seperti Co, Cu dan Ni. Nodul biasanya berbentuk bulat dengan diameter antara beberapa milimeter sampai sekitar 15 cm. Benda ini diduga tumbuh dengan kecepatan beberapa milimeter per sejuta tahun. Telah dilaporkan bahwa organisme laut mungkin berperan dalam pembentukannya. Diperkirakan jumlah nodul ini sangat besar, mungkin bermilyar ton. Namun, masih banyak, tantangan untuk mengembangkan nodul mangan sebagai bahan baku mangan. Banyak metode harus disempurnakan untuk menjelajah dasar laut, mengeruk nodul, dan membawanya dari kedalaman air laut. Dan juga, diperlukan proses metalurgi baru untuk mengekstrak logam yang diinginkan. Cadangan terbesar nodul mangan yang diketahui berada di daerah Kepulauan Hawai tenggara.

5. Zink (Zn)
       Untuk mendapatkan zink dilakukan dengan ekstraksi yaitu dengan memanggang bijihnya untuk membuat ZnO kemudian direduksi dengan memanaskannya dengan arang.

Dampak negatif unsur periode empat
       Pada dasarnya dampak dari unsur transisi disebabkan adanya pemanfaatan unsur transisi. Jadi selain bermanfaat ternyata juga menimbulkan masalah lingkungan. Adapun dampak negatif dari pemanfaatan unsur transisi antara lain, sebagai berikut.

1. Limbah Fe
       Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.
2. Cr dalam penyamakan kulit
       Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya bahan sewaktu pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.

3. Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja
       Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap dalam jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf pusat.

4. Cu (tembaga)
       Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di perairan tersebut.

       Demikian pembahasan materi Pembuatan dan Dampak Negatif Unsur Periode Empat. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan kimia unsur pada artikel "kimia unsur secara umum" atau bisa langsung ikuti artikel terkait di bawah ini.

Kelimpahan dan Kegunaan Unsur Periode Empat

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas materi Kelimpahan dan Kegunaan Unsur Periode Empat. Kita bagi menjadi dua submateri dalam pembahasannya yaitu kelimpahan unsur dan senyawa periode empat dan kegunaan unsur periode empat. Langsung saja kita simak pembahasannya berikut ini.

Kelimpahan unsur dan senyawa periode empat
Kita telah mempelajari sifat-sifat unsur transisi periode empat, sekarang tahukah teman-teman kelimpahan dari unsur-unsur transisi tersebut di alam ini? Mari kita pelajari kelimpahan beberapa transisi di alam ini.

1. Kromium (Cr)
       Kromium merupakan logam keras berwarna putih. Ditemukan di alam sebagai bijih krom besi, yaitu kromit (FeCr$_2$O$_4$) yang banyak ditemukan di Sumatra Barat, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua.

2. Ferrum (Fe)
       Ferrum atau besi adalah logam yang paling murah di antara logam-logam yang dikenal manusia. Besi berwarna putih , cukup lunak, dan bersifat magnetik. Besi berada di alam sebagai bijih besi. Bijih utamanya hematit (Fe$_2$O$_3$), limotit (HFeO$_2$), siderite (FeCO$_3$), pirit (FeS$_2$), dan ilminit (FeTiO$_3$). Bijih besi tersebar di daerah Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tengah.

3. Cuprum (Cu)
       Cuprum atau tembaga merupakan logam transisi berwarna merah-cokelat, berupa logam lunak tetapi kuat. Ditemukan di alam pada batuan tertentu. Senyawaan tembaga, antara lain pirit tembaga, (CuFe)S$_2$ dan malasit, CuCO$_3$.Cu(OH)$_2$. Potensi tembaga terbesar di Indonesia terdapat di Papua, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

4. Titanium (Ti)
       Titanium merupakan logam kesembilan terbanyak, meliputi 0,6% kerak bumi.

5. Vanadium (V)

       Vanadium merupakan unsur yang cukup banyak terdapat (0,02% kerak bumi) dan ditemukan pada beberapa macam bijih. Salah satu bijih yang penting secara komersil ialah V$_2$S$_5$.

6. Mangan (Mn)
       Mangan berupa logam yang keras dan rapuh. Bijih mangan yang utama adalah pirolusit, MnO$_2$. Potensi mangan terdapat di Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Kegunaan unsur periode empat
Unsur-unsur transisi memiliki banyak kegunaan. Berikut merupakan beberapa unsur transisi dan kegunaannya.

1. Kromium (Cr)
       Penggunaan kromium yang sangat terkenal adalah penyepuhan kromium (chromium plating). Efek penting dalam penyepuhan ini adalah dekoratif dan sifat kekerasan. Lapisan kromium itu indah, tidak kusam, dan memberi efek tahan panas, tahan pakai, tahan korosi serta bersifat keras. Penyepuhan kromium banyak digunakan pada peralatan sehari-hari, dan kendaraan bermotor.

       Elektrolit dibuat dengan melarutkan kromium (VI) oksida, CrO$_3$, dalam air sehingga membentuk asam dikromat H$_2$Cr$_2$O$_7$. Dalam penyepuhan ini sebagai katalis ditambah sedikit H$_2$SO$_4$ untuk mempercepat pelapisan kromium. Proses penyepuhan ini berbeda dari penyepuhan lainnya. Sebagai anode tidak digunakan logam kromium karena logam ini mudah melarut dalam larutan asam. Anode yang digunakan adalah aliasi Pb-Sn, yang tidak melarut dalam asam kromat. Reaksi pada elektrode dapat ditulis sebagai berikut:
Anode : $2 H_2O(l) \rightarrow O_2(g) + 4 H^+(aq) + 4e^- $
Katode : $Cr_2O_7^{2-}(aq) + 14 H^+(aq) + 12 e^- \rightarrow 2 Cr(s) + 7 H_2O(l) $

Ke dalam wadah elektrolisis selalu ditambahkan CrO$_3$ untuk menjaga konsentrasi kromium agar selalu tetap.

       Kegunaan kromium yang lain yaitu dalam pembuatan stainless steel. Senyawa kromium mempunyai warna yang sangat menarik, oleh karena itu digunakan sebagai pigmen seperti kuning krom (timbal (II) kromat) dan hijau krom (kromium (III) oksida). Suatu senyawa kromium yang indah sekali adalah jamrud (emerald). Batu permata ini terbentuk jika sebagian ion aluminium dalam mineral beril, Be$_3$Al$_2$(Si$_6$O$_{18}$) diganti oleh ion kromium (III).

2. Ferrum (Fe)
       Manfaat ferrum atau besi antara lain sebagai bahan utama pembuatan baja. Adapun manfaat baja adalah seperti pada tabel berikut ini:

3. Cuprum (Cu)
       Cuprum atau tembaga banyak digunakan sebagai kabel jaringan listrik karena sifatnya yang menghantarkan listrik. Tembaga juga digunakan untuk membuat pipa leding. Alloy tembaga dan emas digunakan untuk membuat perhiasan.

4. Titanium (Ti)
       Titanium memiliki kerapatan rendah, kekuatan struktur yang tinggi, dan tahan terhadap korosi. Oleh karena sifat inilah titanium banyak digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia sebagai pipa, bagian pompa dan bejana pereaksi.

       Titanium tetraklorida, TiCl$_4$ merupakan senyawa titanium terpenting. Senyawa ini merupakan bahan baku untuk membuat senyawa Ti yang lain, memegang peranan penting pada metalurgi titanium dan digunakan dalam pembuatan katalis untuk produksi polietilena dan plastik lainnya.

5. Vanadium (V)
       Sekitar 80% produksi vanadium digunakan untuk pembuatan baja. Baja yang mengandung vanadium digunakan pada peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan, seperti pegas dan alat-alat mesin berkecepatan tinggi.

6. Mangan (Mn)
       Pada produksi baja, Mn berpartisipasi pada pemurnian besi melalui reaksi dengan belerang dan oksigen dengan memindahkannya melalui pembentukan terak. Fungsi yang lain adalah untuk meningkatkan kekerasan baja. Baja yang mengandung Mn dengan proporsi besar bersifat sangat keras dan tahan lama. Oleh karena itu digunakan dalam kereta api dan mesin-mesin buldoser.

       Kalium permanganat, KMnO$_4$ merupakan zat pengoksida yang penting dalam analisis kimia, biasanya digunakan pada titrasi larutan asam di mana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn$^{2+}$.

       Pada kimia organik MnO$^{4-}$ digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Adapun mangan dioksida, MnO2, digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, serta sebagai katalis.

7. Zink (Zn)
       Zink digunakan untuk melapisi besi dan baja untuk mencegah karat. Zink juga digunakan dalam alloy misalnya brazo (tembaga dan zink).

       Demikian pembahasan materi Kelimpahan dan Kegunaan Unsur Periode Empat. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Pembuatan dan Dampak Negatif Unsur Periode Empat.

Sifat Fisika dan Kimia Unsur Periode Empat

         Blog KoKim - Setelah sebelumnya kita membahas "Unsur-unsur Golongan Transisi Periode Empat" secara umum, kita lanjutkan pada artikel ini membahas tentang Sifat Fisika dan Kimia Unsur Periode Empat secara khusus. Untuk penjelasannya, kita bagi menjadi dua bagian yaitu pertama tentang Sifat Fisika Unsur Periode Empat dan kita lanjutkan yang kedua yaitu Sifat Kimia Unsur Periode Empat.

Sifat Fisika Unsur Periode Empat
       Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama dari Sc sampai Cu adalah mempunyai titik cair yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan yang sedang sampai tinggi. Skandium dan zink berwarna putih, tidak seperti senyawa unsur lain yang pada umumnya berwarna. Hal ini karena skandium dan zink masing-masing mempunyai satu macam bilangan oksidasi yaitu +3 dan +2. Perhatikan tabel sifat fisika dari unsur-unsur periode empat berikut:

Sifat Kimia Unsur Periode Empat
Unsur transisi mempunyai sifat khas yang berbeda dengan unsur lain. Adapun sifat khasnya antara lain, sebagai berikut.

a. Mempunyai Berbagai Macam Bilangan Oksidasi
Perhatikan konfigurasi elektron dan bilangan oksidasi unsur transisi periode empat pada Tabel berikut ini:


       Unsur transisi memiliki elektron pada orbital $d$. Energi elektron dalam orbital $d$ hampir sama besar. Untuk mencapai kestabilan, unsur-unsur ini membentuk ion dengan cara melepaskan elektron dalam jumlah yang berbeda. Oleh karena itu unsur-unsur ini mempunyai dua macam bilangan oksidasi atau lebih dalam senyawanya.

b. Banyak Senyawaannya Bersifat Paramagnetik
       Sifat magnetik suatu zat apakah terdiri atas atom, ion atau molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak. Banyak unsur transisi dan senyawaannya bersifat paramagnetik. Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Perkiraan momen magnetik yang disebabkan oleh spin elektron tak berpasangan ditentukan dengan persamaan berikut:
       $ \begin{align} \mu = \sqrt{n(n+2)} \end{align} $
Keterangan:
$ \mu \, $ = momen magnetik dalam Bohr Magneton
$ n \, $ = jumlah elektron yang tak berpasangan
1 Bohr magneton (1 B.M) = 9,273 erg/gauss.

Perhatikan harga momen magnetik pada tabel berikut:

Makin banyak jumlah elektron yang tidak berpasangan, makin besar momen magnetiknya sehingga makin besar sifat paramagnetik. Hubungan ini dapat kita buat grafik seperti pada gambar berikut:

Berdasarkan grafik ini, dapat kita lihat bahwa dalam satu periode dari kiri ke kanan hingga pada ion Mn$^{2+}$ momen magnetiknya makin besar, selanjutnya makin berkurang secara teratur. Begitu juga dengan sifat paramagnetiknya.

c. Ion Unsur Transisi Berwarna
Berbeda dengan unsur-unsur alkali dan alkali tanah, pada umumnya ion unsur transisi membentuk senyawa berwarna. Beberapa di antaranya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Ion-ion dengan tingkat oksidasi yang berbeda mempunyai warna yang berbeda. Misalnya, perhatikan warna ion unsur mangan pada Tabel di atas.

       Terjadinya warna pada ion unsur transisi karena ion unsur transisi mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada subkulit 3d dan elektron-elektron itu terpecah dengan tingkat energi yang berbeda. Elektron-elektron itu tereksitasi dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi. Perubahan tingkat energi ini setara dengan energi cahaya tampak.Adapun pada ion zink tidak berwarna, karena orbital d sudah penuh elektron sehingga tidak terjadi perpindahan energi pada orbital d.

d. Unsur-Unsur Transisi dapat Membentuk Senyawa Kompleks (Senyawa Koordinasi)
       Senyawa koordinasi terdiri atas ion logam positif yang disebut juga atom pusat dan sejumlah gugus koordinasi yang disebut ligan. Ion positif bertindak sebagai asam Lewis dan ligan merupakan basa Lewis. Pada umumnya kation yang dapat membentuk senyawa kompleks adalah ion-ion unsur transisi, namun dikenal pula beberapa senyawa koordinasi unsur representatif seperti Mg(III), Ca(II), Al(III), Pb(II), Sn(II), Sn(IV), dan Sb(III).

       Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai sepasang elektron bebas dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat menentukan jumlah ligan maksimum yang dapat diikat.

       Jumlah ikatan kovalen koordinasi yang dapat terbentuk pada pembentukan kompleks disebut bilangan koordinasi dari ion pusat. Contohnya ion Cu$^{2+}$ mempunyai bilangan koordinasi 4 dalam [Cu(H$_2$O)$_4$]$^{2+}$, [Cu(NH$_3$)$_4$]$^{2+}$, dan dalam [CuCl$_4]^{2-}$. Ion Fe$^{3+}$ mempunyai bilangan koordinasi 6 dalam [Fe(H$_2$O)$_6]^{3+}$, [FeF$_6]^{3+}$, dan dalam [Fe(CN)$_6]^{3-}$. Adapun Ag$^+$ mempunyai bilangan koordinasi 2 dalam [Ag(NH$_3)_2]^+$, dan dalam [Ag(CN)$_2]^-$.

       Demikian pembahasan materi Sifat Fisika dan Kimia Unsur Periode Empat. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Kelimpahan dan Kegunaan Unsur Periode Empat.

Unsur-unsur Golongan Transisi Periode Empat

         Blog KoKim - Tahukah teman-teman, terbuat dari apakah kabel jaringan listrik itu? Kabel jaringan listrik terbuat dari tembaga. Tembaga tergolong unsur transisi. Mengapa dipilih tembaga untuk kabel jaringan listrik? Apakah unsur transisi itu? Apakah sifat-sifat unsur transisi dan apa saja manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada artikel ini kita akan membahas materi Unsur-unsur Golongan Transisi Periode Empat.

         Kita tentu sudah tahu besi, nikel, zink (seng) ataupun tembaga. Unsur-unsur tersebut merupakan logam yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Logam tersebut banyak sekali manfaatnya, antara lain dalam bangunan, dan peralatan rumah tangga. Unsur-unsur tersebut tergolong unsur transisi atau logam transisi. Apa saja unsur yang tergolong unsur transisi? Bagaimana sifat-sifatnya dan kelimpahannya? Marilah kita pelajari lebih lanjut agar lebih jelas.

         Unsur transisi dalam sistem periodik berada di antara unsur alkali tanah dan unsur golongan boron. Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur blok d di dalam sistem periodik. Perhatikan unsur-unsur transisi dalam tabel berikut:

         Unsur-unsur tersebut termasuk periode empat sampai dengan periode tujuh. Namun, pada tabel di atas unsur transisi dalam (periode 7) tidak diperlihatkan karena unsur-unsur tersebut sangat jarang ditemukan dan tidak stabil. Sehingga yang akan kita bahas pada artikel kali ini mengenai unsur-unsur periode empat.

         Unsur-unsur transisi periode empat beranggotakan Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn. Atau untuk memudahkan dalam menghafal dapat disingkat menjadi "SCTV Cari Mantan Femain Cowok yang Nikah Cuma Zensasi", dengan penjelasan berikut ini

       Adapun submateri yang akan kita pelajari lebih mendetail dari unsur-unsur periode empat yaitu :
*). Sifat Fisika dan Kimia Unsur Periode Empat
*). Kelimpahan dan Kegunaan Unsur Periode Empat
*). Pembuatan dan Dampak Negatif Unsur Periode Empat.

       Demikian pembahasan materi Unsur-unsur Golongan Transisi Periode Empat. Silahkan teman-teman mengikuti link masing-masing submateri di atas untuk mempelajari unsur-unsur golongan transisi periode empat lebih lengkap.